Ring ring

 Sufisme atau didefinisikan oleh penganutnya sebagai dimensi, dalam mistik Islam.  Seorang praktisi tradisi ini umumnya dikenal sebagai (a). ." Sufi percaya bahwa mereka berlatih Ihsan (kesempurnaan ibadah) seperti diungkapkan oleh Jibril kepada Muhammad, "Ibadah dan melayani Allah sebagai engkau melihat-Nya dan sementara Anda melihat-Nya belum benar-benar Dia melihat Anda."

."


mahkota sufi


Tasawuf » Makna Dzikrullah – Praktik sufi

Kata Arab untuk ingatan ialah dzikr. Ada beberapa
jenis atau tingkatan ingatan. Ada ingatan akan hal-hal fisik yang berada di depan kita,
dan ada ingatan akan hasrat, kecemasan, dan sebagainya. 

Sepanjang jalan rohani, ingatan berhubungan dengan apa yang berada dalam fitrah manusia.Yakni ingatan akan Hakikat Allah Yang Mahakuasa, Sumber segala wujud dan sifat. Sumber itu berada dalam diri setiap orang. Pada jalan sufi, orang dituntut untuk tidak mengingat segala sesuatu lainnya yang dapat dilihat, segala sesuatu selain Allah, untuk kembali kepada ingatan yang sejati, Allah. Kata Arab untuk ingatan kepada Allah ialah Dzikrullah.

Jadi, ingatan sejati akan Allah telah ada dalam setiap hati, baik orang menyadarinya atau tidak. Melalui bimbingan seorang guru rohani, si pencari dibawa ke luar, ke suatu tingkatan di mana tidak ada ingatan akan apa pun yang dapat disebutkan. Kemudian apa yang telah selalu ada di sana, meliputi segala sesuatu, dialami dan disaksikan dengan jelas. Tujuan praktik sufi adalah untuk secara spontan sadar akan hakikat mutlak seraya tetap menyadari keterbatasan fisik dan material dari dunia fenomena yang mengelilingi kita. Yang pertama adalah kesadaran batin di luar indera, dan yang kedua adalah kesadaran lahiriah yang berdasarkan indera. Jadi, tujuan seorang guru sufi ialah memberikan praktik- praktik yang sesuai kepada muridnya dan mengawasi hasilnya.

Secara umum, sekitar dua jam dibutuhkan untuk mencapai maslahat Dzikrullah. Dalam setengah jam pertama pelaku berusaha menenangkan pikirannya. Selama setengah jam berikutnya, ia mulai memasuki keadaan meditasi. Pada setengah jam ketiga biasanya tidak ada pikiran atau pandangan batin, dan meditasi pun berlangsung. Selama setengah jam terakhir, manfaat nyata mulai muncul. Meditasi yang benar mulai bila seluruh kesadaran berangsur hilang dan keberadaan sederhana yang lebur muncul.

Setiap kesadaran selama Dzikrullah merupakan rintangan untuk memasuki alam kesadaran murni. Kesadaran murni tak dapat dibicarakan. la harus dialami, dan merupakan keadaan maujud.

Umumnya, semua proses mental dipandang sebagai kesadaran rendah. Semua aspek kehidupan fisik, material, dan kausal termasuk dalam kategori ini. Pikiran abstrak dan emosi dipandang sebagai lebih halus dan karena itu lebih tinggi. Dalam semua persepsi manusia ada skala kesadaran. Skala dalam kesadaran kita tentang pendengaran, penglihatan, pengertian dan sebagainya. Jadi kesadaran mengiuti skala vertikal. Orang dapat mengatakan hal yang sama tentang sifat-sifat Tuhan. Ada beberapa sifat yang berhubungan dengan mekanisme fisik yang menguasai zat, yang semuanya terserap oleh perintah Ilahi.

Kesadaran fisik berhubungan dengan zat dan massa, dan skala kesadarannya rendah karena ia kasar. Pada skala yang lebih tinggi ialah kesadaran pikiran, seperti perasaan, emosi, dan misalnya, ketidaksukaan akan sakit fisik. Lebih tinggi lagi adalah kesadaran intelektual akan nilai-nilai moral, perasaan akan keadilan dan persaman, dan seterusnya.

Tujuan seorang sufi ialah naik ke janjang yang lebih tinggi dari semua kesadaran intelektual. Dalam keadaan meditasi, pada awalnya, ada kesadaran akan jasad fisik. Kemudian jasad itu dilupakan, tetapi masih ada kesadaran tentang gagasan dan pikiran. Melalui teknik meditasi konsentrasi satu arah, semua gagasan dan pikiran dihaluskan. Di luar itu ialah keadaan kesadaran murni atau tertinggi di mana tidak ada kesadaran terhadap sesuatu yang dapat dilihat. Inilah kesadaran sederhana yang tak terlukiskan. Adapun ini bukanlah akhir dari latihan meditasi, tetapi sebenarnya menandakan suatu permulaan baru. Akhjr dari semua pikiran adalah awal dari suatu dimensi baru.

Perumpamaan untuk proses meditasi ialah proses tidur. Apabila seseorang hendak tidur, ia mulai dengan melipat kain penutup lalu naik ke tempat tidur. Setelah itu bersiap untuk santai dan secara berangsur-angsur hilang kesadaran pikirannya sampai kesadaran fisik berakhir sama sekali. Tidur, sebagaimana meditasi, adalah bersifat subjektif dan eksperimental. Ha1 itu harus teIjadi, dan tidak dibicarakan. Tahap akhir dari meditasi tak dapat dilukiskan karena berhubungan dengan kesadaran murni. Setiap yang dapat digambarkan termasuk ke dalam wilayah dunia fisik. Kenyataan bahwa orang yang berbicara tentang pengalaman memberikan batasan-batasan kepadanya. Begitu orang me- masuki zona kesadaran yang lebih tinggi, ia tidak menyadari apa pun secara spesifik. Awal dari kesadaran yang lebih tinggi ialah akhir dari kesadaran lain. Maka, gambaran dan pembicaraan tentang itu juga berakhir. Memang ini suatu keadaan menakjubkan yang tak terlukiskan, luas dan tak berbatas waktu serta nondimensional. Bahagia!

Tujuan Praktik Sufi – Praktik sufi

Tujuan utama dari praktik-praktik sufi adalah pemulihan keutuhan diri manusia. Oleh karena itu para syekh sufi memberikan obat yang berbeda-beda kepada para pengikutnya dalam bentuk berbagai jenis praktik dengan intensitas yang berlainan sesuai dengan jenis penyakit yang diobati. Ternyata setiap tarekat sufi mempunyai doa khususnya sendiri, wirid dan zikirnya sendiri, dan upacara serta metode duduk dan berdirinya sendiri. Sebagaimana praktik-praktik yang djlakukan secara kolektif, guru sufi sering memberikan obat khusus bagi individu tertentu, misalnya, apabila salah seseorang muridnya sakit atau membutuhkan pengobatan khusus, seperti periode jaga malam atau bangun malam yang padat. Apa pun perbedaan mereka yang nampak, satu unsur yang umum kita dapati pada semua tarekat ialah hubungan yang mendalam antara syekh sufi dengan muridnya. Hubungan itu didasarkan pada kepercayaan, cinta dan ketaatan kepada si syekh. Dikatakan bahwa pengikut terbaik itu bagaikan kain lap di tangan tukang cuci. Melalui kepasrahan dan ketaatan seperti itulah maka makna ajaran sang guru itu terserap dengan cepat.

Kita dapati pula dalam banyak lingkungan tarekat bahwa karena cinta dan hormat kepada gurunya, para pengikut bahkan meniru kebiasaan lahiriah dan pakaian guru mereka. Namun, kadang-kadang peniruan ini dilakukan secara ekstrem sehingga kehilangan maknanya dan lebih menjadi tiruan lahiriah yang kosong, yang tak ada manfaatnya, ketimbang menjadi tanda kesatuan atas dasar kesamaan satu sama lain.

Suatu contoh dari peniruan ekstrem ini nampak dalam kasus seorang guru yang, karena kondisi giginya yang buruk, kalau makan selalu bunyi mencapak-capak. Para muridnya, tanpa menyelidiki alasan dari kebiasaan itu, dengan bodoh menirunya. Imam Ja’far Shadiq tak pernah menggunakan siwak untuk membersihkan gigi-nya selama tahun-tahun terakhir hidupnya. Beberapa pengikutnya berpikir bahwa ia telah menemukan cara baru untuk memelihara kebersihan gigi tanpa menggunakan siwak, walaupun ini suatu kebiasaan yang disenangi Nabi Muhammad, dan yang ingin ditiru oleh semua pengikutnya. Imam Ja’far mengatakan kepada mereka bahwa giginya telah demikian lemah sehingga apabila ia menggunakan siwak, maka akan lebih rusak. Yang penting ialah hubungan antara guru dan murid, karena dengan begitu keadaan si murid akan terangkat ke keadaan si guru.

Perhatian utama seorang sufi ialah bagaimana terlepas dari hal-hal fana yang menghalangi seseorang dari kemajuan spiritual. Agar seseorang tidak terus dihalangi oleh aspek kehidupan duniawi, ia memerlukan suatu cara untuk mengalihkan pikiran dari memikirkan hal-hal duniawi itu. Berbagai doa, maupun perhatian yang terkonsentrasi yang hanya diarahkan kepada satu asma atau sifat Ilahi tertentu, atau bentuk zikir lainnya yang sesuai, dapat menyempitkan proses pemikiran dan menyalurkan energi. Jelaslah, mengulang-ulang suatu bunyi khusus dapat membantu usaha mencapai pemusatan ke satu titik. Praktik pemusatan ke satu titik itulah yang memungkinkan seseorang untuk tidak begitu terganggu perhatiannya. Pemusatan ke satu titik adalah suatu keadaan yang demikian didambakan oleh manusia sehingga kita dapati banyak kegiatan rekreasi, hobi, olah raga, dan tentu saja semua usaha ilmiah dan penelitian, terpusat padanya. Dengan mengikuti gerakan bola golf, perhatian orang tidak terganggu oleh peristiwa lain di sekitarnya sehingga pikirannya tidak langsung bingung dan ruwet.

Demikian pula, apabila seorang sufi mengulang-ulang kalimat la ilaha illallah, yang berati “tak ada tuhan selain Allah”, maka pikirannya secara berangsur-angsur disapu bersih. Komputer pikirannya dibersihkan. Pikiran manusia cocok benar bila dipanggil untuk berurusan dengan hal-hal yang besifat alami, kausal atau eksistensial. Sebab persoalan tersebut sangat kondusif untuk pemikiran rasional atau logis dan harus bebas dari berbagai pertimbangan psikologis atau emosional yang berlebihan, yang cenderung memacetkannya. Jadi, tujuan dari mengingat Allah (zikir) ialah untuk membersihkan pikiran secara psikologis. Yakni membebaskannya dari doktrin serta membersihkan filter-filternya. Ada macam-macam bentuk zikir untuk jenis penyakit, orang, keadaan, waktu, dan kondisi yang berbeda-beda.

Sebagai sarana untuk sampai kepada konsentrasi tunggal, penyebutan sifat-sifat Allah adalah penting. Sifat-sifat seperti ar-Rahman (Penyayang) , ash-Shabur (Sabar) , al-Khaliq (Pencipta) , ar-Razaq (Pemberi Rezeki) , al-Lathif(Maha halus), al-Wadud (Cinta), as-Salam (Damai), dan seterusnya, secara berulang-ulang disebut dan diseru, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan seseorang. Kata Allah yang menunjukkan esensi realitas juga sering disebut-sebut Kedua sifat, Yang Hidup dan Yang Abadi ( al-Hayyu al-Qayyum), bunyinya sangat mirip dengan seruan AUM dalam bahasa Sansakerta ketika disebutkan berbarengan. Tak diragukan bahwa mengalunkan asma dan sifat-sifat Ilahi ini sangat banyak menolong dalam menimbulkan keadaan terpusat dan tenteram pikiran yang didambakan.

praktik-praktik dan zikir ini membantu semua level, tetapi sebaiknya dilakukan oleh guru spiritual. Memungut secara sembarangan dan mengulang-ulang beberapa zikir atau praktik sufi yang pernah dibaca atau didengar, bisa saja mendatangkan efek-efek yang bermanfaat, tetapi tidak bernilai langgeng. Lagi pula tak ada pengganti bagi kearifan dan pengetahuan serta pendampingan dari seorang guro spiritual yang sebenarnya.

Ada cerita tentang seorang kolektor barang antik yang menemukan sebuah naskah kuno dalam bahasa Arab. Di dalamnya terdapat resep untuk mengobati berbagai penyakit lever. di antara petunjuknya menyatakan bahwa seekor ular hitam harus digiling dan dicampur dengan ramuan-ramuan lainnya. Maka si kolektor barang antik itu mencari ular hitam, meracik obatnya, lalu menunggu orang kaya yang menderita penyakit hati. Ketika seorang pangeran muda terkena hepatitis, dokter yang mengangkat diri sendiri itu segera ke istana raja dengan ramuan rahasianya. Dalam satu hari pangeran itu mati dan si kolektor barang antik pun dipenjarakan seumur hidup.

Bagi orang awam, kata ular dan benih dalam bahasa Arab nampak sama, karena tertulis hampir secara identik kecuali tidak adanya satu titik. yang sangat penting adalah bahwa resep itu harus datang dari orang yang tepat Guru spiritual yang sejati, apabila ia baik, ikhlas dan dalam ketundukan, akan memberikan kepada muridnya obat yang spesifik dengan cara yang spesifik. Kira-kira seperti menginstruksikan kepada seseorang tentang di mana mendapatkan harta terpendam. Pengarahan yang tepat dan jumlah langkah yang tepat yang harus dilakukan mutlak harus diikuti; kalau tidak maka pencari yang penuh gairah tetapi sembrono mungkin memutuskan untuk menambah sendiri beberapa langkah dan sama sekali gagal mendapatkan harta itu.

Pendekatan yang sama berlaku pada instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru spiritual mengenai berbagai bentuk zikir, salat, dan doa. Adakalanya, kita mendapat resep spiritual dari orang yang tak memenuhi syarat dan percaya takhayul dengan maksud baik, tetapi hasilnya tidak efektif atau hanya berlangsung sementara.

Tetapi, tak diragukan bahwa setiap meditasi atau pujian kepada Tuhan dan zikir itu secara spiritual bermanfaat Kira-kira seperti meminum tonikum umum yang menolong setiap orang, apa pun keluhannya. Namun, dalam hal penyakit yang akut atau khronis, tonikum hanya membawa kelegaan sementara dan terbatas, dan pelayanan seorang dokter yang cakap diperlukan. Berbagai bentuk zikrullah dari setiap tarekat sufi adalah bermanfaat. Setiap zikir yang datang dari guru spiritual sejati membawa manfaat, sekalipun tidak diresepkan khusus bagi orang yang melakukannya, tetapi bilamana suatu bentuk zikrullah diresepkan oleh guru rohani secara individual, dan disalurkan dari hati ke hati, maka suatu langkah efektif ke arah kebebasan telah ditempuh.

Ruh yang berdzikir

Ketika kita berdzikirdengan posisi duduk menghadap qiblat dan jangan bergerak. Qolbu juga kita suarakan (dzikir Kolbu) Allah… Allah… Allah… terus sampai badan kita tak merasakan apa-apa. Qolbu terus bersuara….. masukkan lagi ke kedalaman yang paling dalam, lalu suarakan lagi dzikrullah ke kedalaman yang paling dalam itu, bersuara Allah… Allah… Allah… Setelah itu dengarkan dengan qolbu-mu, samakan dengan suara qolbumu. Sampai muncul adanya getaran. Dan rasakan getaran, kehidupan Ruh terasa hidup dan makin hidup, hidup yang lebih hidupi dengan hidupnya Ruh yang sedang berdzikir. Dan kita bisa katakan ; Hidup Dalam Ruh yang Sedang Berdzikir. Dan kita bisa lebih mengenal Ruh kita dengan dzikrullah.

sabda Rosullulah Muhamad Saw;

??????? ?????? ????????? ??????????? ????????? ???????????

“Bahwasanya bagi tiap sesuatu ada alat untuk mensucikan dan alat untuk mensucikan Qolbu itu ialah Dzikrullah.”

Pintu awal memasuki alam Ruh adalah lewat qolbu, kalau qolbu sudah dibersihkan dengan dzikir qolbu, maka lambat laun Ruh ikut menyuarakan dzikir. Dalam fase ini prosesnya melalui ritual-ritual Khusus. Dengan mengkhususkan diri dalam menjalankan ritual, maka kebersihan qolbu akan nampak dari kebeningan dalam pemikiran, karena qolbu selalu mengumandangkan dzikir, sedangkan Ruh, dalam kondisi kesuciannya, ikut melantunkan dzikir. Dzikirnya Ruh mampu merontokkan hijab jiwa yang sekian lama membelenggunya yang sulit dipisahkan.

Dalam surat As-Syam ayat 9 dan 10, Allah swt berfirman:

???? ???????? ???? ???????? ( 9) ?????? ????? ???? ???????? (10)

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya

10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori jiwanya.

Selalu Berdzikir kepada Allah swt akan senantiasa menguatkan iman dan taqwa seseorang, sekaligus membersihkan qolbu serta Ruh. Dalam perjalanan hidupnya, yang dipikirkan hanya pendekatan diri kepada Allah swt. Ilham-ilham pun sering didapatkan, menerima ilham lewat qolbu dan Ruh sebagaimana firman Allah swt. Dalam surat As-Syam ayat 8:

??????????????????????????????????? (???????? 8)

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan (jalan) ketaqwaannya”(As-Syam ayat 8).

Jadi Allah swt juga masih menguji dan memberi cobaan kepada orang yang taqwa, cobaan itu berupa: kejelekan serta kehinaan. Apakah dia Oleng, goyahkah taqwanya? Atau tambah kokoh taqwanya? Sesungguhnya orang-orang yang taqwa, dia mampu mengantisipasi dan menangkal dengan kesabaran dan ketabahan hati. Dia tetap tegar dalam menghadapi segala cobaan yang menimpanya dan senantiasa mengokohkan posisi dalam kesuciannya yang tidak akan dicemari oleh siapapun. Karena Ruh tetap suci. Jadi yang bisa dikotori itu adalah jiwa bagian luar, itu-pun hanya limbasan dari kotornya qolbu yang dililit pengaruh dari hawa nafsu serta keinginan yang menyesatkan. Wallahu a’lam.


IQRO : Bisikan Allah, Bisikan Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan

Bisikan Allah, Bisikan Malaikat, Bisikan Nafsu, Bisikan Syetan

Imam Al-Ghazali dalam Tulisan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazaly dari kitab Roudlotut Tholibin wa-‘Umdatus Salikin, ini kami turunkan karena banyaknya pertanyaan dari pembaca soal cara membedakan bisikan-bisikan dari dalam hati, apakah dari Allah, nafsu atau syetan. Red.)

Kajian ini seputar bisikan-bisikan hati (khawathir) dengan segala bentuknya, upaya memerangi, mengalahkan dan unggul dalam menghalau perbuatan syetan yang jahat. Juga tentang berlindung kepada Allah dari syetan dengan tiga cara:

Pertama, harus mengetahui godaan, rekayasa dan tipuan syetan.
Kedua, hendaknya tidak menanggapi ajakannya, sehingga qalbu anda tidak bergantung dengan ajakan itu.
Ketiga, langgengkan dzikrullah dalam qalbu dan lisan.

Sebab dzikrullah bagi syetan seperti penyakit yang menyerang manusia.

Untuk mengetahui rekayasa godaan syetan, akan tampak pada bisikan-bisikan (khawathir) dan berbagai macam caranya. Mengenai pengetahuan tentang berbagai macam bisikan hati, patut diketahui, bahwa bisikan-bisikan itu adalah pengaruh yang muncul di dalam qalbu hamba yang menjadi pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, proses yang sepenuhnya terjadi di dalam qalbu ini berasal dari Allah – yang menjadi Pencipta segala sesuatu.

Dalam kaitan ini, bisikan hati ada empat macam:

Suatu bisikan yang datang dari Allah swt. dalam qalbu hamba adalah sebagai bisikan awal, sehingga Dia disebut dengan Nama al-Khathir (Sang Pembisik).
Bisikan yang relevan dengan watak alam manusia, yang disebutan-nafs (jiwa).
Bisikan yang terdorong oleh ajakan syetan, yang disebut waswas (perasaan ragu-ragu).
Bisikan yang juga datang dari Allah yang disebut al-Ilham.
Al-Khathir adalah bisikan yang datang dari Allah swt. sebagai bisikan awal, terkadang berdimensi kebaikan, kemuliaan dan pemantapan dalam berhujjah. Kadang-kadang berdimensi negatif dan sebagai ujian.
Al-Khathir yang datang dari pemberi Ilham tidak akan terjadi, kecuali mengandung kebajikan, karena Dia adalah Yang Memberi nasihat dan bimbingan. Sedangkan al-Khathir yang datang dari syetan, tidak datang kecuali mengandung elemen kejahatan.

Bisikan ini terkadang sepintas mengandung kebajikan, tetapi dibalik itu ada makar dan istidraj (covernya nikmat, dalamnya siksa bencana).
Sementara bisikan yang tumbuh dari hawa nafsu tidak luput dari elemen kejahatannya. Terkadang juga ada elemen baik tidak sekadar untuk pencapaian kenikmatan saja.

Ada tiga persoalan yang harus ketahui di sini:

Pertama-tama, beberapa ulama berkata bahwa jika ingin mengenal dan mengetahui perbedaan antara bisikan kebaikan dan bisikan kejahatan, maka pertimbangkan dengan tiga ukuran nilai (mawazin), yang dapat mendeteksinya:
Apabila bisikan itu relevan dengan syariat, berarti baik. Jika sebaliknya – baik karena rukhshah atau syubhat, maka tergolong bisikan jahat.

Manakala dengan mizan(ukuran nilai) itu tidak diperoleh kejelasan perbedaan masing-masing, sebaiknya konfirmasikan dengan teladan orang-orang saleh. Jika sesuai dengan teladan mereka, maka ikutilah, jika tidak ada kebaikan, berarti hanya suatu keburukan.

Apabila dengan ukuran nilai (miizan) demikian masih belum menemukan kejelasan, konfrontasikan dengan motivasi yang terdapat pada nafs (ego) dan hawa (kesenangan). Jika ukuran nilainya merujuk sekadar pada kecenderungan nafs (ego) yakni kecenderungan naluriah dan bukan untuk mencari harapan (raja’) dari Allah, tentu saja termasuk keburukan.

Kedua, apabila ingin membedakan antara bisikan kejahatan yang bermula dari sisi syetan, atau dari sisi nafs (ego) ataukah bisikan itu dari sisi Allah swt., perlu anda perhatikan tiga hal ini:
Jika anda menemui bisikan yang kokoh, permanen, sekaligus konsisten pada satu hal, maka bisikan itu datang dari Allah swt., atau dari nafs (jika menjauhkan diri dari Allah). Namun jika bisikan itu menciptakan keraguan dan mengganjal dalam hati , maka itu muncul dari syetan.

Apabila bisikan itu jumpai setelah melakukan dosa, berarti itu datang dari Allah sebagai bentuk sanksi dari-Nya kepada anda. Jika bukan muncul dari akibat dosa, bisikan itu datang dari diri anda, yang berarti dari syetan.
Jika anda temui bisikan itu tidak melemahkan atau tidak mengurangi dari dzikir kepada Allah swt., tetapi bisikan itu tidak pernah berhenti, berarti dari hawa nafsu. Sebaliknya, jika melemahkan dzikir berarti dari syetan.

Ketiga, apabila ingin membedakan apakah bisikan kebaikan itu datang dari Allah swt. atau dari malaikat, maka perlu diperhatikan tiga hal pula:

Manakala melintas sekejap saja, maka datang dari Allah swt. Namun jika berulang-ulang, berarti datang dari malaikat, karena kedudukannya sebagai penasihat manusia.

Manakala bisikan itu muncul setelah usaha yang sungguh-sungguh dan ibadah yang lakukan, berarti datang dari Allah swt. Jika bukan demikian,bisikan itu datang dari malaikat.
Apabila bisikan itu berkenaan dengan masalah dasar dan amal batin, bisikan itu datang dari Allah swt. Tetapi jika berkaitan dengan masalah furu` dan amal-amal lahiriah, sebagian besarnya dari malaikat. Sebab, menurut mayoritas ahli tasawuf malaikat tidak memiliki kemampuan untuk mengenal batin hamba Allah.

Sementara itu, bisikan untuk suatu kebaikan yang datang dari syetan, merupakan istidraj menuju amal kejahatan yang lantas menjadi berlipat-lipat, maka perlu memperhatikan dengan cermat:

Lihatlah, apabila dalam diri anda, pada salah satu perbuatan jika berasal dari bisikan di dalam hati dengan penuh kegairahan tanpa disertai rasa takut, dengan ketergesa-gesaan bukan dengan waspada dengan tanpa perasaan aman, ketakutan pada Allah, dengan bersikap buta terhadap dampak akhirnya, bukan dengan mata batin, ketahuilah bahwa bisikan itu berasal dari syetan. Maka jauhilah, Bisikan seperti itu, harus jauhi.

Sebaliknya jika bisikan itu muncul bukan seperti bisikan-bisikan di atas, berarti : datang dari Allah swt., atau dari malaikat.

Saya katakan, bahwa semangat yang membara dapat mendorong manusia untuk segera melakukan aktivitas, tanpa adanya pertimbangan dari mata hatinya, tanpa mengingat pahala bisa menjadi faktor yang membangkitkan kondisi itu semua.
Sedangkan cara hati-hati adalah cara-cara yang terpuji dalam beberapa segi.

Khauf, lebih cenderung seseorang untuk berusaha menyempurnakan dan mempraktekkan suatu perbuatan yang benar dan bisa diterima Allah atas amal perbuatan itu.

Adapun perspektif hasil akhir suatu amal, hendaknya membuka mata hati dengan cermat dalam diri ada keyakinan bahwa amal tersebut adalah amalan yang lurus dan baik, atau adanya pandangan mengharapkan pahala di akhirat kelak. Ketiga kategori di atas harus ketahui dan sekaligus anda jaga. Sebab, semuanya mengandung ilmu-ilmu yang rumit sehingga sulit didapatkan dan rahasia-rahasia yang mulia.
IQRO….